Ungkapan klasik “Cogito, ergo sum” dari René Descartes sering dimaknai: aku berpikir maka aku ada. Versi kontemporernya, “I write, therefore I am”, turut dianggap merayakan aktivitas intelektual manusia modern. Keduanya seolah menawarkan makna universal dan netral tentang berpikir dan menulis sebagai tindakan eksistensial. Namun dalam kerangka berpikir kritis, keduanya tidak berdiri bebas dari relasi kuasa yang bekerja. Berpikir dan menulis selalu berlangsung dalam konteks sejarah, struktur, dan aturan institusional yang mengaturnya. Siapa yang boleh berpikir, bagaimana berpikir dinilai, ditentukan oleh norma dominan dalam masyarakat. Begitu pula bentuk pengetahuan tertentu dilegitimasi, sementara lainnya dianggap tak sah dan disingkirkan. Dalam lanskap inilah, UKM Penalaran dan Riset hadir sebagai lebih dari sekadar organisasi kampus. Ia menjadi ruang bersama untuk membongkar asumsi-asumsi dominan tentang praktik berpikir dan menulis. Sekaligus merefleksi kritis praktik baru yang menegosiasikan ulang makna menjadi mahasiswa yang menalar dan meriset. Bergabung dengan UKMPR bukan semata partisipasi dalam budaya ilmiah yang bersifat teknokratis. Lebih dari itu, ia adalah aksi kultural yang memberi ruang pada kesadaran kritis mahasiswa. Menalar bukan hanya kerja logis, tetapi juga praksis sosial yang terhubung dengan realitas yang kompleks. Menulis dan meriset menjadi praksis sosial yang membuka ruang bagi kesadaran kritis dan emansipasi.

Mengasah Nalar Kritis Riset sekaligus Menumbuhkan Karakter melalui Organisasi UKMPR
UKM Penalaran dan Riset Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (UKMPR) tidak semata-mata hadir sebagai unit kegiatan mahasiswa. Ia juga hadir sebagai ruang kultural yang menawarkan alternatif atas praktik akademik yang sering kali terjebak dalam birokratisasi nalar. Setiap programnya sedapat mungkin UKMPR mengembangkan budaya berpikir kritis. Belajar membuat praksis riset yang emansipatoris, menolak kekerasan simbolik, serta membongkar struktur hierarkis dalam dunia akademik terutama internal pada UKMPR. Aktivitas seperti project berkarya (creating), diskusi kelompok, konseling, pelatihan metode dan teori mutakhir dirancang dengan pendekatan reflektif dan demokratis. Model “cultivate the values from within” menjadi upaya untuk memulihkan keutamaan subjektivitas mahasiswa dalam belajar dan berkarya. Keputusan-keputusan organisasi ditempuh lewat musyawarah mufakat sebagai bentuk resistensi terhadap model kekuasaan yang sentralistik. AD/ART UKMPR terus diperbaharui setiap dua tahun untuk mendapatkan pola budaya organisasi yang demokratis dan membebaskan. Dengan demikian, setiap program tidak hanya bertujuan menghasilkan produk. Namun menjadi latihan politis dalam membangun kemandirian berpikir dan etika berorganisasi. Keaktifan UKMPR dalam jaringan nasional seperti ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Indonesia) adalah bukti komitmen mereka. Demikian juga keterlibatan dalam membangun APRI (Asosiasi Penalaran dan Riset Indonesia) memperkuat posisi kolektif ini dalam lanskap pengetahuan mahasiswa Indonesia.
Setiap program UKMPR bukan sekadar kegiatan, tetapi juga intervensi kultural atas dunia belajar dan riset. Pertama, mahasiswa diajak untuk memasuki dunia riset tidak hanya untuk mencari data dan menyusun laporan. Lebih dari itu, riset di UKMPR adalah latihan keberpihakan intelektual terhadap realitas sosial yang dihadapi. Kedua, kemampuan menalar dan menganalisis tidak dilatih dalam ruang yang steril dan hampa. Kemampuan ini tumbuh melalui pembacaan kritis terhadap fenomena sosial yang selalu bisa digugat dan ditafsirkan ulang. Ketiga, produksi ilmiah (menulis, meriset, publikasi, dan presentasi), bukan sekadar formalitas administratif. Ia dipahami sebagai praktik artikulasi gagasan, posisi, dan pengalaman dalam konteks sosial yang dinamis. Keempat, jejaring nasional dan internasional bukan hanya sarana memperluas koneksi atau memperkuat portofolio. Jejaring ini menjadi ruang pertukaran wacana yang memperkaya perspektif kritis dan membuka cakrawala berpikir. Kelima, prinsip “merdeka belajar” tidak berhenti pada jargon kebebasan tanpa makna. Di UKMPR, prinsip ini diterjemahkan dalam kerja kolektif berbasis karakter, nilai, dan inovasi yang reflektif. Inovasi ini tidak bersifat netral, tetapi belajar memahaminya dalam konteks kuasa yang mesti dianalisis secara kritis.
UKM Penalaran dan Riset Raih Prestasi UKM Terbaik 1 Tahun 2018
Membangun organisasi yang berkarakter tidak bisa dilepaskan dari praktik kulturalnya. Semangat kolektif, ketekunan tim, dan dukungan simbolik dari berbagai pihak menjadi pilar utamanya. Selamat kepada UKM Penalaran dan Riset atas pencapaian nominasi UKM Terbaik I, sebuah pengakuan yang excellence. Penghargaan ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan administratif, tetapi juga habitus intelektual yang terbentuk kolektif. Prestasi ini menjadi momen artikulatif yang layak dicatat sebagai pemicu motivasi dalam memperkuat praktik berorganisasi sebagai ruang kultural yang hidup.
Penghargaan tersebut diterima pada Rabu, 21 Maret 2018, dalam acara pelantikan DPM dan Presiden BEM. Acara ini berlangsung di kampus IHDN Denpasar, yang kini dikenal sebagai Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Jika menelisik lebih dalam, keputusan mengenai UKM Terbaik ditetapkan pada 13 Januari 2018 melalui SPT DPM. Keputusan ini merujuk pada serangkaian kriteria dan standar penilaian yang jelas dan terukur.
Walau prestasi telah diraih, refleksi kritis tetap harus menjadi spirit. Di balik angka dan kategori formal itu, biasanya selalu ada medan simbolik yang menentukan apa yang layak. Medan ini menentukan siapa yang diberi ruang, bagaimana performativitas organisasi dibingkai dalam struktur pengakuan institusional.

Acara pelantikan DPM dan BEM yang disertai penganugerahan UKM terbaik ini dibuka oleh Bpk Rektor Bapak Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, dihadiri pula oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga Bapak Prof. Dr. I Made Surada, MA., Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Bapak Prof. Dr. Drs. I Nengah Lestawi, M.Si., dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Bapak Dr.Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag., Dekan Fakultas Dharma Acarya, Bapak Dr.Drs. I Wayan Sugita, M.Si., Perwakilan Dekan Brahmawidya dan Dekan Dharma Duta, beserta jajaran pejabat lainnya. Dihadiri pula Orkemas DPM, BEM, Ketua/BPH UKM di lingkungan UHN IGB Sugriwa Denpasar beserta undangan lainnya.Kehadiran struktur kelembagaan dalam seremoni semacam ini tidak hanya bersifat administratif semata. Ia juga menjadi penanda penting dari relasi kuasa simbolik yang mereproduksi legitimasi institusional. Sebagaimana dibaca melalui pemikiran Pierre Bourdieu, ini menyangkut habitus dan dinamika medan kuasa. Pelantikan yang berlangsung lancar menjadi ruang artikulasi peran aktif mahasiswa dalam konstelasi kampus. Terpilihnya dua tokoh UKMPR dalam posisi strategis menjadi momen penting yang layak dicermati lebih dalam. Gede Agus Siswadi, Kepala Divisi Kajian dan Penelitian UKMPR, kini menjabat sebagai Ketua DPM. Putu Asrinidevy, Sekretaris UKMPR, dipercaya mengemban amanah sebagai Presiden BEM. Keduanya menandai pergeseran posisi simbolik mahasiswa dalam lanskap politik pengetahuan di lingkungan kampus. Perjalanan ini menarik ditelaah sebagai bentuk mobilitas simbolik dalam ruang organisasi kemahasiswaan. Selamat bertugas, semoga peran ini dijalankan dengan kesadaran kritis dan semangat transformasi sosial yang berkelanjutan.
Sesi penganugerahan nominasi UKM Terbaik menjadi momen yang membahagiakan bagi banyak pihak. UKM Penalaran dan Riset (UKMPR) dinobatkan sebagai UKM Terbaik 1, sebuah pencapaian yang membanggakan. Menyusul di posisi UKM Terbaik 2 adalah UKM Dharma Gita Bali (DGB), dan UKM Yoga sebagai UKM Terbaik 3.
Ketiga peraih nominasi tampak berfoto bersama Wakil Rektor I, II, dan III serta pimpinan organisasi mahasiswa. Hadir pula Ketua DPM demisioner, Ni Putu Sinta, dan Presiden BEM demisioner, I Gede Eka Windu Saputra. UKMPR diwakili oleh Dewa Ayu Putu Tuty Setiarsih, Ketua UKMPR, yang menerima piagam penghargaan di atas panggung. Sementara itu, Ramadi Putra, Wakil Ketua UKMPR, tampak memegang trofi penghargaan sebagai simbol apresiasi (lihat foto bagian bawah kedua). Momen ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan administratif, tetapi juga pengakuan atas kerja kolektif yang konsisten.

Sebagai pembina UKMPR, penulis turut berbahagia dan mengucapkan puji syukur atas capaian ini. Selamat kepada seluruh tim UKMPR atas prestasi yang kembali menghampiri melalui kerja kolektif yang konsisten. Ucapan ini bukan semata respons personal, tetapi refleksi atas semangat budaya kritis yang terus dirawat. Prestasi bukan tujuan akhir, melainkan bagian dari proses menggugat rutinitas akademik yang stagnan. Sebagaimana ditegaskan Stuart Hall, ini adalah artikulasi aktif dalam medan produksi makna yang selalu dinamis. Mahasiswa membangun ruang alternatif yang menolak pasifisme dan merayakan intelektualitas sebagai kekuatan emansipatoris. Dalam konteks itulah, UKMPR menegaskan bahwa berpikir kritis dan berprestasi dapat berjalan seiring dan saling menguatkan.

Prestasi tidak hadir sebagai anugerah yang jatuh dari langit. Ia dibentuk melalui proses belajar kolektif yang konsisten dan disiplin, sebagai hasil artikulasi dari etos intelektual yang terus dirawat. Hal ini terlihat pada mahasiswa UKMPR yang menunjukkan karakter kejujuran dalam setiap prosesnya. Antusiasme UKMPR bukan sekadar semangat semata. Tetapi menjadi ekspresi budaya akademis dalam memperluas ruang produksi pengetahuan melalui inovasi program, riset, dan praktik penalaran. Latihan rutin dan riset lapangan yang dilakukan secara sistematis telah dibagi dalam dua tim aktif yang kini tengah menyusun hasilnya. Tahun ini telah terbit dua buku dari hasil riset Tim UKMPR. Dua buku nasional ber-ISBN yang telah diterbitkan oleh IHDN Press menjadi penanda material dari kerja kolektif ini, disusul tahun ini dua tim lainnya yang sedang menuntaskan laporan riset mengenai Gunung Agung dan Tirtha Empul, menunjukkan bagaimana pengetahuan lokal dapat dibaca ulang secara kritis melalui praktik riset mahasiswa

Manfaat Program-program UKM Penalaran dan Riset
Program-program UKMPR tidak semata ditujukan membentuk karakter “mulia” dalam makna normatif belaka. Lebih dari itu, UKMPR mendorong lahirnya subjek yang otonom, kritis, dan sadar akan relasi kuasa. Relasi kuasa ini membentuk praktik pengetahuan yang sering tersembunyi dalam rutinitas akademik sehari-hari. Melalui pembaruan AD/ART dan Rapat Kerja tahunan, dirumuskan program-program strategis yang bersifat intervensif.
Program tersebut menjadi ruang budaya yang merefleksi tatanan akademik yang stagnan dan hierarkis. Pelatihan seperti Productivity Class dan Productivity Counselling Research (PCR) bukan sekadar soal kapasitas teknis. Keduanya menjadi medium artikulatif yang mengaitkan pengembangan diri dengan jejaring wacana yang reflektif. Kegiatan editorial juga terus dikembangkan sebagai ruang produksi pengetahuan yang kontekstual dan relevan. Jurnal Penalaran dan Riset (JPR) dengan E-ISSN 2964-0903 hadir melalui sistem OJS secara terbuka dan dinamis. Begitu pula dengan Prosiding SAPARI dan editorial buku riset serta esai, yang memperkaya lanskap intelektual mahasiswa. Program Research and Caring menggabungkan praksis riset dengan pengabdian masyarakat dalam semangat etika emansipatoris. Semua program dijalankan dengan penekanan pada kebersamaan, kerja kolaboratif, dan produksi pengetahuan yang berkelanjutan. Prinsip loving and effective communication bukan sekadar jargon, tetapi upaya untuk membangun komunitas afektif yang saling merawat. Sembari terus menerus melakukan evaluasi dan inovasi, sehingga setiap program bukan hanya relevan, tetapi juga berdaya transformasi.
Pelatihan rutin UKMPR diselenggarakan tidak hanya secara luring, tetapi juga melalui platform daring yang terintegrasi. Diskusi dan presentasi karya dilakukan setiap minggu dengan disiplin waktu dan semangat kolektif yang terjaga. Pelatihan ini berusaha menerapkan standar mutu, mengacu sedapat mungkin pada prinsip-prinsip ISO yang relevan. Selain itu, sistem pembelajaran didukung oleh LMS E-Learning UKMPR sebagai sarana belajar yang adaptif dan reflektif. Semua materi rutin mingguan penalaran dan riset terkumpul dalam Library e-learning. Berbagai presentasi dan proses pengerjaan research project menekankan pada proses pembentukan karakter, juga menggunakan beberapa aplikasi online yang mendukung. Inovasi selalu dilakukan dengan penunjang project berkarya UKMPR. Inovasi terus dihadirkan sebagai penyangga utama dalam memastikan keberlangsungan proyek berkarya UKMPR.
Beragam kegiatan lainnya terus dikembangkan UKMPR sebagai ruang belajar, ekspresi, dan artikulasi intelektual mahasiswa. Kegiatan seperti SAPARI (Seminar Seri Penalaran Riset) rutin digelar, baik secara luring maupun daring melalui Zoom. Ada pula FGD, PCR (Productivity Counselling Research), PROSI (Konseling Proposal Skripsi), dan SECO (Scientific Essay Competition). Program seperti Meet and Greet Anniversary UKMPR, Talk Show, Bedah Buku, hingga DIKTIM (Pendidikan Karya Tulis Ilmiah) memperkaya pengalaman. Diskusi dan apresiasi film menjadi bagian dari upaya mengasah nalar kritis melalui medium visual yang reflektif. UKMPR juga konsisten melaksanakan lomba dan seleksi karya tulis, termasuk LKTI Nasional dalam ajang Temu Karya Ilmiah. Beberapa program bahkan berhasil menyumbang medali emas dan membawa institusi meraih juara umum tingkat nasional.
Melihat capaian ini, menjadi bagian aktif dari UKMPR bukan sekadar kegiatan, melainkan pengalaman intelektual yang bermakna.

Pendidikan Karya Tulis Ilmiah (DIKTIM) menjadi agenda tahunan UKMPR dengan tema yang selalu relevan dan terkini. Setiap tahun, tema disesuaikan dengan dinamika era digitalisasi dan kebutuhan indeksasi global. Kegiatan ini tidak hanya teoretis, tetapi dilanjutkan dengan praktik riset lapangan secara langsung dan aplikatif. Mahasiswa diajak berinovasi melalui riset kontemporer, film etnografi, e-journal, desain grafis, dan produksi buku ilmiah. Spirit program UKMPR selalu merespons tantangan zaman dengan pendekatan kolaboratif dan kreatif. Sinergi kuat dibangun bersama pelatih, fasilitator, instruktur, serta para alumni yang tergabung dalam APRI. Semangat kolektif dan kesatuan gerak menjadi fondasi utama dalam setiap program pengembangan intelektual ini.

Selamat kepada UKM Penalaran dan Riset atas capaian yang terus bertumbuh secara dinamis dan reflektif. Ini bukan sekadar prestasi administratif, melainkan budaya organisasi yang menekankan menalar dan berefleksi kritis. Setiap program adalah afirmasi bahwa pengetahuan bukan akumulasi data, melainkan praksis yang membebaskan. Menjadi bagian dari UKMPR adalah membuka diri pada kemungkinan, relasi, dan perubahan yang bermakna. Seperti kata Stuart Hall, “Setiap pengetahuan lahir dari konteks. Memahami dunia bukan soal kebenaran tunggal, tapi membaca relasi, meraba kuasa, dan merawat kemungkinan. Di sanalah riset menjadi praksis pembebasan.”
Mari bergabung bersama UKM Penalaran dan Riset.
Temukan ruang berpikir yang tak hanya menjelaskan, tapi juga mengubah dan menghidupkan harapan. Belajar bukan sekadar mengingat, tapi merawat keberanian untuk menalar, meriset dan bertindak kritis bersama. Bersama UKMPR, riset menjadi jalan pulang menuju diri yang merdeka, sadar, dan tak henti bertumbuh.
Salam UKMPR, Salam Peneliti Muda.

1 thought on “MENGASAH NALAR RISET DAN KARAKTER: Manfaat Bergabung dengan UKM Penalaran dan Riset”